Hai selamat datang di blog kami. Bertemu lagi dengan saya. Dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba menjelaskan tentang sumber hukum islam dengan jelas dan padat. Tentu saja agar kawan-kawan bisa dengan mudah untuk mempelajarinya.
Dari materi ini saya akan menjelaskan dari pengertian dan hukumnya. Untuk lebih jelasnya mari kita langsung saha simak materinya dibawah ini. Let's go!!!
SUMBER HUKUM ISLAM
A. SUMBER HUKUM ISLAM YANG DISEPAKATI ULAMA
Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada abi Muhammad saw yang mengandung nilai mukjizat yang ditulis dalam mushaf dengan jalan mutawatir dan membacanya dinilai sebagai ibadah.
Al-Qur’an berisikan tentang; tauhid, ibadah, akhlak, janji dan ancaman, serta kisah-kisah umat terdahulu.
Dalam penetapan hukumnya, Al-Qur’an bersifat : tidak memberatkan (‘adam al-haraj), menyedikitkan beban (qillatu al-takliif), dan berangsur-angsur dalam menetapkan hokum (al-tadriij fi al-tasyri’)
Al-Qur’an merupakan sumber hokum Islam yang pertama.
As-Sunnah
As-Sunnah adalah segala sesuatu yang diperhatikan, dilarang atau dianjurkan oleh Rasulallah saw baik berupa perkataan, perbuatan maupun ketetapannya.
As-Sunnah terhadap Al-Qur’an berfungsi untuk : memperjelas dan merinci ayat-ayat Al-Qur’an yang bersifat global (tafsir/tabyin), memperkuat ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam Al-Qur’an (taqrir), dan membawa hokum yang tidak ditentukan oleh Al-Qur’an (tasyri’).
Ijma’
Ijma’ adalah kesepakatan para mujtahid umat Muhammad saw stelah beliau wafat, pada suatu masa tertentu dan tentang masalah tertentu, baik dilakukan secara ucapan (qauli), perbuatan (fi’li), maupun secara diam-diam (sukuti).
Qiyas
Qiyas adalah menetapkan hokum sesuatu yang belum ada ketentuan hukumnya dalam nas (Al-Qur’an atau hadis) dengan mempersamakan sesuatu yang telah ada status hukumnya dalam nash.
B. SUMBER HUKUM ISLAM YANG TIDAK DISEPAKATI ULAMA
1. Istihsan
Istihsan adalah berpindahnya seorang mujtahid dari hokum kulli (umum) kepada hokum yang bersifat khusus dan istisna’iy (pengecualian) karena ada dalil syara’ yang menghendaki perpindahan tersebut.
Golongan Hanafiyah membolehkan berhujjah dengan istihsan, sedangkan Jumhur Ulama menolak berhujjah dengan istihsan.
2. Istishab
Istishab adalah mengambil hokum yang telah ada atau ditetapkan pada masa lalu dan tetap dipakai hingga masa selanjutnya sebelum ada hokum yang merubahnya.
Ulama Hanafiyah menolak berhujjah dengan menggunakan istishab, sedangkan ulama Syafi’iyah, Hambaliyah dan Malikiyah membolehkan berhujjah dengan istishab selama belum ada hukumnya dalam nash dan ijma’
3. Maslahah al-mursalah
Maslahah al-Mursalah adalah menetapkan suatu hokum dengan mendasarkan pada asas manfaat bagi manusia dan menolak madharat terhadap manusia, dikarenakan belum adanya ketentuan hokum yang pasti dalam nash.
Imam Malik secara tegas membolehkan berhujjah dengan menggunakan maslahah al-mursalah, sementara ulama lainnya ada yang menolak dan ada pula yang menerima dengan beberapa syarat.
4. Al-‘Urf
Al-‘Urf adalah segala sesuatu yang sudah dikenal dan dijalankan oleh komunitas masyarakat secara turun temurun dan sudah menjadi adat istiadat.
5. Syar’u man qablana
Syar’u man qablana adalah syari’at yang diturunkan kepada umat sebelum datangnya ajaran Islam.
Terdapat 3 (tiga) bentuk hukum syar’u man qablana, yaitu;
- Apa yang disyari’atkan kepada umat terdahulu juga ditetapkan kepada umat Islam, seperti perintah puasa.
- Apa yang disyari’atkan kepada umat terdahulu, tidak disyari’atkan kembali terhadap umat Islam. Seperti; penebusan dosa dengan cara bunuh diri.
- Apa yang disyari’atkan kepada umat terdahulu, tidak dinyatakan secara tegas terhadap umat Islam untuk diikuti atau tidak diikuti.
6. Saddu al-dzari’ah
Saddu al-dzari’ah adalah larangan terhadap masalah-masalah yang secara lahirnya dipoerbolehkan, dikarenakan dapat membuka jalan pada perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama.
Imam Malik membolehkan berhujjah dengan menggunakan Syaddu al-dzari’ah, sedangkan Imam Abu hanifah dan Imam Syafi’iy secara tegas menolak berhujjah dengan menggunakan syaddu al-dzari’ah.
7. Mazhab Shahabi
Mazhab shahabi adalah fatwa-fatwa para sahabat tentang berbagai masalah yang dinyatakan setelah wafatnya Rasulallah saw.
8. Dalalah al-Iqtiran
Dalalatu al-iqtiran adalah dalil-dalil yang menunjukkan kesamaan hokum terhadap sesuatu yang disebutkan bersamaan dengan sesuatu yang lain.
C. IJTIHAD DALAM HUKUM ISLAM
1. Pengertian, Hukum dan Peranan Ijtihad
Ijtihad adalah mencurahkan seluruh kemampuan oleh seorang mujtahid untuk menetapkan hokum syara’ dengan jalan istinbath dengan menggunakan dalil-dalil yang terperinci dari kitab dan sunnah.
2. Syarat-syarat menjadi mujtahid
a. Beriman, Balig, dan berakal sehat.
b. Memahami ayat-ayat ahkam.
c. Memahami sunah yang berkaitan dengan hokum.
d. Mengetahui maksud dan rahasia hokum Islam
e. Memahami kaidah-kaidah ushuliyyah
f. Memahami kaidah-kaidah bahasa arab
g. Memahami penetapan hokum asal berdasarkan bara’atul ashliyyah.
3. Tingkatan mujtahid
a. Mujtahid Muthlaq (Mutsaqil), yaitu seorang mujtahid yang telah memenuhi persyaratan ijtihad secara sempurna dengan tidak terikat pada mazhab-mazhab yang telah ada.
b. Mujtahid Muntasib, yaitu seorang mujtahid yang memiliki syarat-syarat ijtihad secara sempurna, tetapi dalam melakukan ijtihadnya masih tetap mengikuti jalan ijtihad salah satu mazhab yang telah ada.
c. Mujtahid fi al-mazahib, yaitu seorang mujtahid yang dalam ijtihadnya selalu mengikuti kaidah-kaidah yang digunakan oleh imam mazhab tertentu.
d. Mujtahid Murajjih, yaitu seorang mujtahid yang melakukan penetapan hokum suatu masalah berdasarkan pada hasil tarjih diantara pendapat para imam mazhab yang telah ada.
Dari artikel tentang sumber hukum islam ini semoga dapat membantu kawan-kawan dalam mengerjakan tugas pelajaran fikihnya. Jangan lupa like dan shere ya, supaya teman-teman kalian juga dapat mempunyai banyak pengetahuan. Terima kasih susah mampir di blog kami sekali lagi terima kasih.
0 comments:
Post a Comment