Home » , » Berbagai Macam Tinjauan Hadis

Berbagai Macam Tinjauan Hadis

Written By Akmal AZB on Sunday, 5 March 2017 | 20:57

   Hai selamat datang di blog kami. Bertemu lagi dengan saya. Dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba menjelaskan tentang berbagai macam tinjauan hadis dengan jelas dan padat. Tentu saja agar kawan-kawan bisa dengan mudah untuk mempelajarinya.

   Dari materi ini saya akan menjelaskan dari pengertian dan macam-macamnya. Untuk lebih jelasnya mari kita langsung saha simak materinya dibawah ini. Let's go!!!

BERBAGAI MACAM TINJAUAN HADIS

A.     HADIS DITINJAU DARI
KUANTITAS PERAWI

1.      Hadis Mutawatir

   Menurut bahasa berarti “al-tatabu’” yakni berturut-turut.
Menurut istilah berarti :

ما رواه عدد كثير تحيـل العادة تـواطؤهـم على الكـذب

   “Hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut kebiasaan bahwa mereka bersepakat untuk berdusta.”
Kriteria Hadis Mutawatir :

a.  Jumlah perawinya banyak.

b.  Jumlah perawi pada setiap tingkatan tidak kurang dari batas minimal.

c.   Mereka mustahil berdusta.

d.  Sandaran riwayatnya adalah pancaindera.

   Macam-macam Hadis Mutawatir :

a.      Mutawatir Lafzi

Yaitu hadis yang mutawatir lafaz dan maknanya “  ما تواتر لفظه ومعناه “
Contoh;

من كذب علي متعمـدا فـليتبـوأ مقعـده من النـار (رواه بضعة وسبعون صحابيا)

b.      Mutawatir Maknawi

   Yaitu hadis yang mutawatir maknanya saja, tidak pada lafaznya.
“ ما تواتر معنـاه دون لفظـه “

Contohnya;

   Hadis tentang mengusap sepatu (al-Mashu ‘ala al-Khuffaini) yang diriwayatkan secara bervariasi oleh sekitar 70 orang.

   Status dan hukum Hadis Mutawatir adalah “qath’iyyul wurud” yaitu pasti kebenarannya, karena itu wajib diamalkan, dan menolaknya dihukumkan kafir.

2.      Hadis Ahad

   Yaitu hadis yang tidak memenuhi syarat hadis mutawatir atau hadis yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih perawi dan tidak memenuhi syarat-syarat hadis mutawatir.

Macam-macam Hadis Ahad :

a.  Hadis Masyhur, yaitu;

مارواه ثلاثة فـأكـثر – في كل طبقة – ما لم يبـلغ حـد التـواتـر

   “Hadis yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih pada setiap tingkatan sanad, tetapi tidak sampai pada derajat mutawatir.”

Contoh;

أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قنت بعد الركوع يدعو على رعل وذكـوان (رواه البخارى ومسلم)

b.  Hadis Aziz, yaitu;

أن لا يقـل رواته عن اثنـين فى جمـيع طبقـات السنـد

   “Hadis yang diriwayatkan tidak kurang dari dua orang pada setiap tingkatan sanadnya.”

Contoh;

ما رواه البخاري عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لا يـؤمن أحـدكم حـتى أكـون أحـب إليه من والـده و ولـده

c.   Hadis Gharib, yaitu :

ما ينفـرد بـروايتـه راو واحــد

   “Hadis yang diriwayatkan minimal seorang perawi pada setiap tingkatannya.”

Contoh;

إنمـا الأعمـال بالنيـــات (أخرجه الشيحـان)

B.      HADIS DITINJAU DARI KUALITAS SANAD DAN MATAN

1.      Hadis Shahih, yaitu;

ما اتصل سنـده بنقـل العـدل الضابط عن مثـله إلى منتهـاه من غير شـذوذ ولا عـلة

   “Hadis yang bersambung sanadnya yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dhabith, diterima dari perawi yang sama (kualitas) dengannya sampai pada akhir sanad, tidak syadz dan tidak ber’illat.”

Kriteria Hadis Shahih :

a.      Bersambung sanadnya

b.      Perawinya adil

c.       Perawinya dhabith

d.      Matan hadis tidak syadz

e.      Matan hadis tidak ber’illat

Contohnya;

ما أخرجه البخاري فى صحيحه قال : حدثنا عبد الله ابن يوسف قال : أخبرنا مالك عن ابن شهـاب عن محمد بن جبير بن مطعم عن أبيه قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم قـرأ فى المغــرب بـالـطـور

Macam-macam Hadis Shahih :

a.      Shahih Lidzatihi, maknanya sama dengan hadis shahih.

b.      Shahih Lighairihi, yaitu;

الحسن لذاته إذا روي من طريق أخر مثله أو أقـوى منـه

   “Hadis Hasan Lidzatihi yang diriwayatkan melalui jalan lain oleh perawi yang sama kualitasnya atau yang lebih kuat daripadanya.”

حديث محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : لـو لا أن أشـق على أمتـي لأمـرتـهم بـالسـواك عنـد كل صـلاة (رواه الترميذي)

   Hadis diatas diriwayatkan juga oleh Bukhari dan Muslim melalui jalan Abu Zanad dari Al-A’raj dari Abu Hurairah.

   Menerima dan mengamalkan Hadis Shahih hukumnya wajib.

Kitab-kitab yang memuat Hadis Shahih, antara lain :

a.      Al-Jami’ al-Shahih / Shahih al-Bukhari karya Abu Abdullah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Al-Mughirah al-Bukhari (194-256 H).

b.      Shahih Muslim karya Abu Al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi (204-261 H)

c.       Sunan Abu Dawud karya Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H)

d.      Sunan (Al-Jami’) Al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah Al-Tirmizi (209-279 H)

e.      Sunan Al-Nasa’iy karya Abu Abdurrahman Ahmad ibn Syu’aib ibn Ali Al-Khurasani Al-Nasa’iy (215-303 H)

f.        Sunan Ibnu Majah karya Abu Abdullah Muhammad ibn Yazid Al-Qazwini (209-273 H).

2.      Hadis Hasan

Yaitu :

ما اتصل سنده بنقل العدل الذي خف ضبطه عن مثله إلى منتهـاه من غير شذوذ ولا علة

   “Hadis yang bersambung sanadnya dengan periwayatan perawi yang adil, kurang ke-dhabith-annya, dari perawi yang sama kualitas dengannya sampai ke akhir sanad, tidak syaz dan tidak beri’illat.”
Kriteria Hadis Hasan :

a.      Sanadnya bersambung.

b.      Perawinya adil.

c.       Perawinya kurang Dhabith.

d.      Tidak Syadz.

e.      Tidak ber’illat.

   Macam-macam Hadis Hasan :

a.      Hasan Lidzatihi, maknanya sama dengan Hadis Hasan.

b.      Hasan Lighairihi, yaitu :

الضعيف إذا تعـددت طرقه ولم يكن سبب ضعفه فسق الـراوي أو كـذبه

   “Hadis dha’if yang diriwayatkan lebih dari satu jalan, dan sebab ke-dha’ifannya bukan karena perawinya fasik atau pendusta.”

   Jumhur ulama sepakat bahwa Hadis Hasan dapat dijadikan sebagai hujjah hukum.

   Kitab-kita yang memuat Hadis Hasan :

a.      Jami’ al-Tirmizi / Sunan al-Tirmizi karya Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Saurah Al-Tirmizi (209-279 H)

b.      Sunan Abu Dawud karya Sulaiman ibn al-‘Asy’ats ibn Ishaq al-Azadi al-Sijistani (202-275 H)

c.       Sunan Al-Daru Quthni karya Abu Al-Hasan Ali ibn Umar ibn Ahmad Al-Daru Quthni (306-385 H / 919-995 M)

3.      Hadis Dha’if

Yaitu :

هـو كل حـديث لم تجتمـع فيـه صفـات القبــول

   “Hadis Dha’if adalah setiap hadis yang tidak memenuhi keseluruhan sifat qabul.”

هو كل حديث لم تجتمع فيه صفات الحديث الصحيح ولا صفات الحديث الحسـن

   “Hadis Dha’if adalah hadis yang tidak memenuhi sifat shahih dan hasan.”

Hadis Dha’if hukumnya mardud (tertolak) karena tidak memenuhi syarat-syarat qabul.

   Macam-macam Hadis Dha’if :

a.      Hadis Dha’if ditinjau dari segi pengguguran / terputusnya sanad :

1)      Hadis Mu’allaq, yaitu;
ما حـذف من مبـدإ إسنـاده راو فـأكــثر على التــوالي

   “Hadis yang dihapus dari awal sanadnya seorang perawi atau lebih secara berturut-turut.”

2)      Hadis Mursal, yaitu :

ما سقـط من آخــر إسنـــاده من بعـــد التـابعي

   “Hadis yang gugur dari akhir sanadnya seorang perawi sesudah Tabi’iy.”

3)      Hadis Mu’dhal, yaitu :

ما سقـط من إسنــاده إثنـان فـأكـــثر على التـــوالي
   “Hadis yang gugur dari sanadnya dua orang perawi atau lebih secara berturut-turut.”

4)      Hadis Munqathi’, yaitu :

ما لم يتـصل إسنــاده على أي وجــه كان انقـــطاعـه

   “Hadis yang tidak bersambung sanadnya, dan keterputusan sanad tersebut bisa terjadi dimana saja.”

5)      Hadis Mudallas, yaitu :

إخــفـاء عيــب في الإسنـــاد ومحســــين لــــظاهـره

   “Hadis yang kecacatannya disembunyikan dalam sanad, dan menampakkan pada lahirnya seperti baik.”

Macam-macam Mudallas :

a)      Tadlis al-Isnad, yaitu ;

أن يروي الراوي عمن قد سمع منه ما لم يسمـع منه من غـير أن يـذكر أنــه سمع منــه

   “Seorang perawi meriwayatkan hadis dari orang yang pernah ia riwayatkan hadisnya, tetapi hadis yang sedang diriwayatkannya tersebut tidak didengarnya dari orang itu dan tidak tegas menyatakan bahwa ia mendengarnya.”

b)      tadlis al-Syuyukh, yaitu ;

أن يـروي الراوي عن شيـخ حديثا سمعـه منه فيسمـيه أو يكنيـه أو ينسـبه أو يصفـه بما لا يعـرفه به كي لا يعــرف

   “Seorang perawi meriwayatkan hadis dari gurunya yang didengarnya langsung, kemudian ia menyebut nama, gelar, nasab atau sifat gurunya yang tidak dikenal, agar orang lain tidak mengenalnya.”

b.      Hadis Dha’if ditinjau dari segi cacat keadilan perawi hadis :

1)      Hadis Matruk, yaitu :

هـو الحــديث الـذي في إسـناده راو متـــهم بالــــــكذب

   “Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang tertuduh dusta.”
2)      Hadis Majhul, yaitu :

هـو من لـم تـعـرف عـينـه أو صفـتـه

   “Hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang tidak dikenal jati diri dan identitasnya.”

(a)   Majhul al-‘Ain, yaitu :

هـو من سمـي ولــكن لم يــرو عـنه إلا راو  واحـد

   “Seorang perawi disebutkan dalam sanad tetapi tidak ada yang mengambil periwayatannya selain satu orang perawi.”

(b)   Majhul al-Hal, yaitu :

هـو من روي عنه اثنـان فـأكثر لكن لم يـوثـق أو من لم ينـقـل فيه جـرح ولا تـعديـل

   “Periwayatan seseorang yang diambil dari dua orang atau lebih, tetapi tidak ada yang tsiqah. Atau tidak ada yang menukil tentang jarh (cacat) dan ta’dilnya (menilai adil).”

3)      Hadis Mubham, yaitu :

هـو الـراوي الـذي لـم يســـم في الســنـد أو المــــتن

   “Hadis yang diriwayatkan seorang perawi yang tidak disebutkan namanya baik dalam sanad maupun dalam matan.”

c.       Hadis Dha’if ditinjau dari segi cacat ke-dhabitan perawi hadis :

1)      Hadis Munkar, yaitu :

الحـديث الذي في إسنـاده راو  فحـش غـلظه أو كثرت غـفـلته أو ظـهر فسـقه

  “Hadis yang pada sanadnya terdapat perawi yang sering berbuat kekeliruan, kelalaian, kefasikan secara nyata.”

مـا رواه الضعيــف مخـالـفـا لمـا رواه الثـقـة

   “Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang dha’if, dimana riwayat hadisnya berlawanan dengan yang diriwayatkan oleh perawi yang tsiqat.”

2)      Hadis Mu’allal, yaitu :

هـو الحـديث الذي اطـلع فـيه غلى عـلة تقــدح في صحــته مع أن الــظاهـر السـلامة مـنها

   “Hadis yang jika diteliti secara cermat terdapat ‘illat yang merusak ke-shahihaan hadis, meskipun secara zahir tidak terlihat ke-cacatannya.”

3)  Hadis Mudraj, yaitu :

a)      Mudraj al-Isnad, yaitu;

مـا غير ســـياق إســــناده

“Hadis yang bukan penuturan sanadnya.”

b)      Mudraj al-Matan, yaitu;

مـا أدخـل في متنـه مـا ليـــس منـه بـلا فصــل

“Sesuatu yang dimasukkan ke dalam matan suatu hadis yang bukan bagian dari matan hadis tersebut, tanpa ada pemisahan diantara keduanya.”

إدخال شيئ من كلام بعض الـرواة في متن الحـديث فيتـوهـم أنـه من كلام رسول الله صلى الله عليه وسلم

   “Memasukkan sesuatu dari perkataan para perawi hadis ke dalam matan hadis, sehingga diduga perkataan tersebut merupakan bagian dari sabda Rasulallah saw.”

4)      Hadis Maqlub, yaitu :

هـو الحـديث الـذي دخــل القـــلب في سنـــده أو مـتـنـه

“Hadis yang terbalik (redaksinya) baik pada sanad maupun pada matan.”

a)  Maqlub Sanad, yaitu terbalik yang terjadi pada sanad hadis.
Contoh;

-      Menjadikan nama perawi menjadi nama ayahnya atau sebaliknya (Murrah ibn Ka’ab, yang benar adalah Ka’ab ibn Murrah)

-       Mengganti nama seorang perawi dengan perawi lain yang berada pada tingkatan yang sama.

b)  Maqlub Matan, yaitu terbalik yang terjadi pada matan hadis.
Contoh;

ورجل تصدق بصدقة فـأخـفاها حتى لا تعلم يمينه ما تنفـق شمـاله (حتى لا تعلم شماله ما تنفق يمينه)

5)      Hadis Mudhtharib (sanad – matan), yaitu :

مـا روي على أو جـه مخـتـلفـة متسـاويـة فيالـقـوة

“Hadis yang diriwayatkan dalam beberapa bentuk yang berlawanan dan masing-masingnya sama kuat.”

الذي تختـلف الرواية فيه فـيرويه بعضـهم على وجـه وبعضـهم على وجه أخر مخالف له و إنما نسمـيه مضطربا إذا تسـاوت الروايتـان

   “Hadis yang terjadi perselisihan riwayat tentang hadis tersebut, sebagian perawi meriwayatkannay menurut satu cara dan yang lainnya menurut cara yang lain yang bertentangan dengan cara yang pertama, sementara kedua cara tersebut sama-sama kuat.”

6)      Hadis Mushahhaf (sanad – matan), yaitu :

تغـيير الكلمـة في الحـديث إلى غير ما رواهـا الثـقـات لـفـظا أو معـنى

   “Mengubah kalimat yang terdapat pada suatu hadis menjadi kalimat yang tidak diriwayatkan oleh para perawi yang tsiqat, baik secara lafaz maupun makna.”

تغـيير حـرف أو حـروف بتغـيير النـقـط مع بقــاء صـورة الخـــط

   “Perubahan satu huruf atau beberapa huruf dengan perubahan titik, sementara bentuk  tulisannya tetap.”

7)      Hadis Syadz, yaitu :

مـا رواه المقـبـول مخـالفـا لمـن هـو أولى منـه

   “Hadis yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul, tetapi bertentangan dengan riwayat perawi yang lebih tsiqat atau lebih baik daripadanya.”

C.      HADIS DITINJAU DARI SUMBER BERITA / TEMPAT PENYANDARANNYA

1.      Hadis Qudsi

هـو مـا نقـل إلينـا عن النـبي صلى الله عليه وسلم مـع إســناده إيـاه إلى ربــه عـز وجـل

   “Hadis yang diriwayatkan kepada kita dari Nabi saw yang disandarkan oleh beliau kepada Allah swt.”

2.      Hadis Marfu’

مـا أضـيف إلى النـبي صلى الله عليه وسلم من قـول أو فعـل أو تـقـرير أو صـفة

   “Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw dalam bentuk perkataan, perbuatan, taqrir atau sifat.”

3.      Hadis Mawquf

هـو مـا رواه عن الصحـابي من قـول لـه أو فعـل أو تـقرير  متـصلا كان أو منـقطـعـا

   Segala yang diriwayatkan dari Sahabat dalam bentuk perkataan beliau, perbuatan atau taqrir, baik sanadnya bersambung atau terputus.”

4.      Hadis Maqthu’

مـا أضيـف إلى التـابعـي أو من دونـه من قــول أو فعـــل

   “Sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’iy atau generasi yang datang sesudahnya berupa perkataan atau perbuatan.”

D.     HADIS DITINJAU DARI PERSAMBUNGAN SANAD

1.      Hadis Muttashil / Maushul

مـا اتصـل سـنـده إلى غـليتـه سـواء أ كان مـرفـوعا إلى الـرسـول صلى الله عليه وسلم أم مـوقـوفـا

   “Suatu hadis yang sanadnya bersambung sampai akhir, baik marfu’ disandarkan kepada Nabi saw maupun mawquf (disandarkan kepada seorang sahabat).”

2.      Hadis Musnad

مـا اتصـل سنــده مـرفـوعـا إلى النـبي صلى الله عليه وسـلم

   “Suatu hadis yang sanadnya bersambung dan marfu’ disandarkan kepada Nabi saw.”

E.      HADIS DITINJAU DARI SIFAT SANAD DAN CARA PENYAMPAIAN PERIWAYATAN

1.      Hadis Mu’an’an

مـا يـقـال فى سنـده فلان عن فلان من غـير بيـان للـفظ التحــديث أو الإخبــار أو السمـــاع

   “Hadis yang disebutkan dalam sanadnya (عن  ) diriwayatkan oleh si Fulan dari si Fulan, dengan tidak menyebutkan perkataan memberitakan, mengabarkan, atau mendengar.”

2.      Hadis Muannan

مـا يقـال فى سـنـجه : حـدثنـا فـلان أن فــلانـا حـــدثـه بكـــذا

   “Hadis yang dikatakan dalam sanadnya memberitakan kepada kami bahwasanya si Fulan memberitakan kepadanya begini.”

3.      Hadis Musalsal

تتـابع رجـال إسـناده على صفـة  أو حالة للــرواة  تـارة وللـرواية تـارة أخــرى

   “Keikutsertaan para perawi hadis dalam sanad secara berturut-turut pada satu sifat atau pada satu keadaan, terkadang bagi para perawi dan terkadang bagi periwayatan.”

4.      Hadis ‘Ali dan Nazil

a. Hadis Ali, yaitu;

مـا قـل عـدد رواتـه إلي الرسـول صلى الله عليه وسـلم  بالنسـبة لســند آخــر

    “Suatu hadis yang sedikit jumlah para perawinya sampai kepada Rasulallah saw dibandingkan dengan sanad lain.”

b. Hadis Nazil, yaitu;

مـا كـثر عـدد رواتـه إلى الـرسـول صلى الله عليه وسلم بالنـسبـة لسـند آخـر

“Hadis yang banyak jumlah perawinya sampai kepada Rasulallah saw dibandingkan sanad lain.”

   Dari artikel tentang beberapa macam tijauan hadis ini semoga dapat membantu kawan-kawan dalam mengerjakan tugas pelajaran hadisnya. Jangan lupa like dan shere ya, supaya teman-teman kalian juga dapat mempunyai banyak pengetahuan. Terima kasih susah mampir di blog kami sekali lagi terima kasih.

0 comments:

Post a Comment

Propellerads