Hai selamat datang di blog kami. Bertemu lagi dengan saya. Dalam kesempatan kali ini saya akan mencoba menjelaskan tentang peta dan pemetaan dengan jelas dan padat. Tentu saja agar kawan-kawan bisa dengan mudah untuk mempelajarinya.
Dari materi ini saya akan menjelaskan dari pengertian, jenis-jemisnya, fungsi san tujuan pembuatannya, berdasarkan data isi data yang disajikan, berdasarkan skala dll. Untuk lebih jelasnya mari kita langsung saha simak materinya dibawah ini. Let's go!!!
A. PETA DAN PEMETAAN
1. PETA
Peta adalah gambaran permukaan bumi pada bidang datar dengan skala tertentu melalui suatu sistem proyeksi.
2. Jenis-Jenis Peta
Peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian menurut karakteristiknya, antara lain: sebagai berikut.
a. Berdasarkan Sumber Datanya
Berdasarkan sumber datanya, peta dikelompokkan menjadi dua, yaitu peta induk dan peta turunan:
1) Peta Induk ( Basic Map )
Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
2) Peta Turunan ( Derived Map )
Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.
b. Berdasarkan Isi Data yang Disajikan
Berdasarkan isi data yang disajikan, peta dibagi menjadi peta umum dan peta tematik.
1) Peta Umum
Peta umum yaitu peta yang menggambarkan semua unsur topografi di permukaan bumi, baik unsur alam maupun unsur buatan manusia, serta menggambarkan keadaan relief permukaan bumi yang dipetakan.
Peta umum dibagi menjadi 3, sebagai berikut:
a) Peta topografi, yaitu peta yang menggambarkan permukaan bumi lengkap dengan reliefnya. Penggambaran relief permukaan bumi ke dalam peta digambar dalam bentuk garis kontur. Garis kontur adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama.
Perhatikan contoh peta topografi sederhana berikut ini!
Sifat-sifat garis kontur pada peta topografi antara lain sebagai berikut:
- Semakin rapat jarak antargaris kontur, menunjukkan semakin curam daerah tersebut. Begitu juga sebaliknya, bila jarak antargaris konturnya jarang, maka tempat tersebut adalah landai.
- Bila ditemukan ada garis kontur yang bergerigi, hal tersebut menunjukkan di daerah tersebut terdapat depresi atau lembah.
- Peta chorografi, yaitu peta yang menggambarkan seluruh atau sebagian permukaan bumi yang bersifat umum, dan biasanya berskala sedang. Contoh peta chorografi adalah atlas.
- Peta dunia, yaitu peta umum yang berskala sangat kecil dengan cakupan wilayah yang sangat luas.
2) Peta Tematik
Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan informasi dengan tema tertentu/ khusus. Misal peta geologi, peta penggunaan lahan, peta persebaran objek wisata, peta kepadatan penduduk, dan sebagainya. Salah satu contoh peta tematik adalah peta penggunaan lahan. Peta penggunaan lahan merupakan peta yang khusus menunjukkan persebaran peng-
InfoGeo.
c. Berdasarkan Skalanya
Berdasarkan pada skalanya peta dibagi sebagai berikut.
1) Peta Kadaster/Peta Teknik
Peta ini mempunyai skala sangat besar antara 1 : 100 – 1 : 5000 Peta kadaster ini sangat rinci sehingga banyak digunakan untuk keperluan teknis, misalnya untuk perencanaan jaringan jalan, jaringan air, dan sebagainya.
2) Peta Skala Besar
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 5.000 sampai 1 : 250.000. Biasanya peta ini digunakan untuk perencanaan wilayah.
3) Peta Skala Sedang
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 250.000 sampai 1 : 500.000.
4) Peta Skala Kecil
Peta ini mempunyai skala antara 1 : 500.000 sampai 1 : 1.000.000.
5) Peta Geografi/Peta Dunia
Peta ini mempunyai skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000.
3. Fungsi dan Tujuan Pembuatan Peta
1) Fungsi Pembuatan Peta
Peta mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang, antara lain untuk:
- menunjukkan posisi atau lokasi relatif (letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain) di permukaan bumi,
- memperlihatkan atau menggambarkan bentuk-bentuk permukaan bumi (misalnya bentuk benua, atau gunung) sehingga dimensi dapat terlihat dalam peta,
- menyajikan data tentang potensi suatu daerah, dan
- memperlihatkan ukuran, karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak-jarak di atas permukaan bumi.
2) Tujuan Pembuatan Peta
Tujuan pembuatan peta antara lain sebagai berikut:
- membantu suatu pekerjaan, misalnya untuk konstruksi jalan, navigasi, atau perencanaan,
- analisis data spasial, misalnya perhitungan volume,
- menyimpan informasi,
- membantu dalam pembuatan suatu desain, misal desain jalan, dan
- komunikasi informasi ruang.
B. Keterampilan dasar dalam pembuatan peta
Pada pembahasan sebelumnya, telah dipelajari tentang pengertian, fungsi dan jenis peta. Dalam pembuatan peta, harus diperhatikan kaidah-kaidah tentang peta yang telah disepakati secara internasional. Peta yang baik adalah peta yang mempunyai informasi yang lengkap. Dalam pembuatan peta harus memerhatikan aspek mudah tidaknya dalam pembacaan, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca peta.
1. Komposisi Peta
Peta yang baik adalah peta yang menggambarkan semua ketampakan yang ada dan mudah diinterpretasi oleh penggunanya.
Suatu peta dikatakan lengkap dan baik bila memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
a. Judul Peta
Judul peta harus menggambarkan isi dan karakteristik peta yang digambar. Pemberian judul peta tidak harus berada di atas, penempatannya bisa di mana saja selama tidak mengganggu makna dari peta, dan masih berada pada garis tepi peta. Dengan adanya judul, maka pembaca akan mengetahui isi peta tersebut. Misal, peta iklim, peta curah hujan, peta persebaran objek wisata, dan sebagainya.
b. Garis Tepi ( Border )
Garis tepi atau border adalah garis yang terletak di bagian tepi peta dan ujung-ujung tiap garis bertemu dengan ujung garis yang berdekatan. Biasanya garis ini dibuat rangkap dua dan tebal.
c. Orientasi
Orientasi merupakan arah penunjuk mata angin. Pada peta biasanya arah mata angin menunjuk ke utara. Penempatan mata angin ini boleh di sembarang tempat, asal masih berada dalam garis tepi dan tidak mengganggu pembacaan peta.
d. Skala Peta
Skala peta menunjukkan perbandingan jarak, antara jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Misalnya, peta berskala 1 : 100.000 artinya tiap jarak 1 cm di peta sama dengan jarak 100.000 cm di lapangan.
e. Legenda
Legenda adalah keterangan mengenai simbol-simbol yang terdapat di dalam peta. Legenda biasanya terletak di sebelah kiri, kanan ataupun bawah dari peta yang digambar.
f. Garis Bujur dan Garis
Lintang
Garis bujur dan garis lintang disebut juga dengan garis astronomi. Garis bujur biasanya ditunjukkan dengan satuan derajat.
g. Simbol Peta
Simbol merupakan tanda konvensional yang terdapat di dalam peta untuk mewakili keadaan sebenarnya yang ada di lapangan.
Syarat-syarat simbol yang baik adalah:
1) kecil, agar tidak terlalu banyak memerlukan ruang pada peta,
2) sederhana, supaya mudah dan cepat digambar, dan
3) jelas, agar tidak menimbulkan salah tafsir bagi pembaca peta.
Secara garis besar, simbol-simbol yang digunakan pada peta tematik hanya mempunyai ketentuan-ketentuan menurut temanya saja. Umumnya tema tersebut mempunyai sifat kualitatif dan kuantitatif.
Menurut artinya, simbol dibagi menjadi dua, yaitu simbol kualitatif dan kuantitatif.
1) Simbol Kualitatif
Simbol kualitatif menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli unsurunsur yang diwakilinya. Simbol ini mempunyai keuntungan yaitu, mudah untuk dikenali, sedangkan kekurangannya adalah simbol tersebut sulit untuk digambar. Simbol ini tidak menyajikan besar atau banyaknya unsur yang diwakilinya.
2) Simbol Kuantitatif
Simbol ini melukiskan keadaan aslinya dan menunjukkan besar atau banyaknya unsur yang diwakilinya. Umumnya pemetaan simbol kuantitatif menggunakan data-data statistik, sehingga sering disebut pemetaan statistik.
Berdasarkan bentuknya, simbol dibagi menjadi 3 sebagai berikut:
1) Simbol titik/dot, digunakan untuk menyatakan posisi atau lokasi suatu tempat. Simbol yang digunakan dapat berupa simbol pictorial (gambar) maupun huruf.
2) Simbol garis, digunakan untuk menggambarkan batas-batas administrasi, jalan, maupun sungai.
3) Simbol luas, digunakan untuk menunjukkan suatu tempat tertentu, seperti hutan atau rawa.
Gambar 1.6 Contoh penggunaan simbol (titik, garis, dan luas).
h. Lettering
Lettering adalah semua tulisan yang bermakna yang terdapat pada peta. Bentuk huruf meliputi huruf kapital, huruf kecil, kombinasi huruf kapital-kecil, tegak (Roman), dan miring (Italic).
Beberapa contoh cara penulisan pada peta adalah sebagai berikut:
1) Judul peta ditulis dengan huruf kapital dan tegak.
2) Hal-hal yang berkaitan dengan air ditulis dengan huruf miring. Tulisan untuk sungai sejajar dengan arah sungai dan dapat terletak di atas atau di bawahnya.
3) Besar kecilnya huruf disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu memerhatikan unsur keindahan dan seni peta.
4) Tulisan nama ibu kota lebih besar daripada tulisan nama kota-kota lain.
i. Sumber Data dan Tahun Pembuatan
Sumber data dan tahun pembuatan perlu dimasukkan dalam peta agar bisa diketahui dari mana asal datanya dan tahun pembuatannya.
j. Warna Peta
Warna mempunyai peranan yang sangat penting dalam membedakan berbagai unsur yang terdapat dalam peta. Warna-warna tersebut antara lain:
1) hitam, warna ini digunakan untuk menunjukkan batas administrasi, lettering, maupun detail penghunian,
2) biru, warna ini digunakan untuk menunjukkan tubuh air, seperti sungai, danau, serta laut. Degradasi warna biru muda hingga biru tua mununjukkan tingkat kedalaman dari tubuh air. Semakin tua warna birunya, maka semakin dalam tubuh air tersebut,
3) hijau, warna ini digunakan untuk menunjukkan dataran rendah, vegetasi atau tumbuhan, serta hutan,
4) coklat, warna ini menunjukkan daerah yang mempunyai kemiringan lereng yang amat besar, misalnya dataran tinggi atau daerah pegunungan, dan
5) merah, warna ini digunakan untuk menunjukkan jalan raya atau untuk menunjukkan letak kota atau ibu kota.
2. Menentukan Letak dan Nama (Toponimi) Unsur Geografis
Dalam menentukan letak dan unsur geografi ada aturan-aturan yang harus diikuti. Hal tersebut sudah merupakan suatu konvensi atau keputusan bersama. Aturan-aturan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Nama desa atau kota, pemberian nama desa atau kota adalah dengan cara salah satu huruf menempel pada desa atau kota tersebut. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi salah tafsir dari pembaca peta.
b. Sungai, jika arah sungai mengalir ke arah utara-selatan atau selatan-utara, maka huruf diletakkan di sebelah kiri.
c. Samudra/laut, untuk menulis samudra atau laut, maka huruf harus memenuhi samudra.
d. Selat dan teluk, untuk menulis nama teluk atau selat, maka harus mengikuti bentuk teluk atau selat.
e. Pulau, penulisan pulau hampir sama dengan menulis desa atau kota, yaitu ditulis di sepanjang pulau.
f. Pelabuhan, untuk menulis pelabuhan, huruf harus diletakkan di atas laut.
g. Pegunungan, untuk menulis pegunungan, harus ditulis disepanjang pegunungan.
h. Puncak gunung, huruf ditulis melingkar, tapi hanya setengah lingkaran.
i. Danau/ rawa, huruf ditulis di dalam danau atau rawa.
j. Jalan raya, penulisan jalan diletakkan di sebelah kiri jalan.
C. Keterampilan Membuat Peta
Dalam Pembuatan suatu peta, khususnya peta tematik diperlukan beberapa tahapan atau proses, yang dimulai dari persiapan (pengumpulan data), pengolahan data, sampai pencetakan dalam wujud peta tematik.
Proses pembuatan peta meliputi secara sederhana dapat dilakukan dengan 3 tahapan, sebagai berikut.
1. Tahap Pengumpulan Data
Data-data geografis yang digunakan sebagai sumber dari pembuatan peta ada dua macam yaitu sumber primer dan sumber sekunder.
a. Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dengan cara observasi secara langsung di lapangan dengan cara pengukuran, pengamatan, pembuatan sketsa, dan wawancara terhadap penduduk setempat.
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dengan cara observasi secara tidak langsung, artinya data diperoleh dari foto, peta, dan dokumentasi yang sudah ada pada suatu instansi terkait. Misalnya data sekunder dari dokumentasi milik Direktorat Topografi (Dittop) TNI-AD, Pusat Survei Pemetaan (Pussurta), Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pertanahan Negara (BPN), Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Dinas Pertanian, Dinas Pertambangan, dan lembaga-lembaga lain atau lembaga pemerintah setempat.
2. Tahap Pemetaan atau Penyajian Data
Data yang telah terkumpul dapat dianalisis dengan komputer dan hasilnya disimpan, selanjutnya hasil analisis data tersebut dicocokkan kembali dengan keadaan di lapangan. Tahap ini diawali dengan menyiapkan peta dasar untuk digandakan menjadi peta baru yang akan digunakan untuk peta tematik. Proses menggambar peta dasar menjadi peta yang baru dapat dilakukan dengan cara memfotokopi atau disalin/digambar pada kertas yang lain dengan menggunakan pantograph, atau dengan garis-garis koordinat (kotak-kotak).
Setelah peta dasar selesai dibuat, langkah berikutnya adalah penyajian data dengan cara menggambarkan simbol-simbol yang sesuai antara objek geografis di lapangan dengan objek di peta. Misalnya simbol arsir bertingkat, simbol lingkaran, simbol batang, atau simbol gambar. Simbol peta tematik hendaknya dirancang dengan baik, benar, dan sesuai, agar tujuan pemetaan dapat tercapai, menarik, bersih, dan mudah dibaca.
3. Penyajian Kembali dalam Bentuk Grafis
Pada tahap ini dilakukan pemasukan atau input data yang telah diperoleh dari lapangan, sehingga dapat diinformasikan kepada pembaca peta dalam bentuk grafis.
4. Lokasi Pertanian pada Peta
Sampai saat ini Indonesia masih dikategorikan sebagai negara agraris karena sebagian besar penduduknya secara langsung maupun tidak langsung masih tergantung pada usaha pertanian. Pengertian pertanian di sini masih didasarkan pada kegiatan bercocok tanam.
Lokasi pertanian letaknya bervariasi. Pertanian dengan sistem ladang biasanya dilakukan secara berpindah-pindah dengan membuka lahan baru berupa hutan. Sistem pertanian ladang sebenarnya merugikan karena dapat merusak hutan dan kesuburan tanah. Pertanian dengan sistem tegalan biasanya berada di daerah pegunungan yang pertumbuhan tanamannya tergantung pada air hujan.
Sistem pertanian persawahan pada umumnya berada di dekat permukiman penduduk dan daerah yang dekat dengan sumber air seperti sungai dan bendungan. Contohnya adalah sawah irigasi, sawah lebak, dan sawah pasang surut, sedangkan sawah tadah hujan umumnya berada di daerah kering yang jarang terdapat sumber air. Sawah tadah hujan hanya dapat ditanami pada musim hujan, sedangkan pada musim kemarau sawah tadah hujan dapat berubah fungsi menjadi tegalan. Pertanian perkebunan dapat diusahakan di daerah datar dan pegunungan, tergantung dari persyaratan tumbuh jenis tanaman yang diusahakan, contohnya perkebunan teh diusahakan di tempat yang tinggi atau daerah pegunungan.
Ketampakan pertanian di peta disimbolkan dengan simbol area dengan berbagai warna yang berbeda. Warna hijau untuk perkebunan, hijau gelap untuk hutan, dan bergaris untuk sawah.
5. Proyeksi Peta
Untuk menggambarkan seluruh ketampakan permukaan bumi tanpa penyimpangan (distorsi), maka peta harus digambar dalam bentuk bola yang disebut dengan globe. Peta yang digambar pada bidang datar tidak dapat secara akurat menggambarkan seluruh permukaan bumi, kecuali hanya untuk menggambarkan daerah dalam areal yang lebih sempit. Oleh karenanya untuk menggambar sebagian besar permukaan bumi tanpa penyimpangan, maka dilakukan kegiatan proyeksi. Apa itu proyeksi? Bacalah uraian singkat di bawah ini.
a. Pengertian proyeksi peta
Proyeksi adalah cara penggambaran garis-garis meridian dan paralel dari globe ke dalam bidang datar. Contoh sederhana pembuatan peta dengan menggunakan proyeksi adalah seperti pada waktu kita mengelupas buah jeruk, kemudian kulit jeruk tersebut kita lembarkan.
Di dalam melakukan kegiatan proyeksi peta, ada beberapa hal yang tidak boleh terabaikan, yaitu:
1) peta harus equivalen, yaitu peta harus sesuai dengan luas sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala.
2) peta harus equidistan, yaitu peta harus mempunyai jarak-jarak yang sama dengan jarak sebenarnya di permukaan bumi setelah dikalikan dengan skala.
3) peta harus konform, yaitu bentuk-bentuk atau sudut-sudut pada peta harus dipertahankan sesuai dengan bentuk sebenarnya di permukaan bumi.
b. Jenis-Jenis Proyeksi Peta
Terdapat beberapa jenis proyeksi yang digunakan untuk menggambar peta, yaitu proyeksi azimutal, kerucut, dan silinder.
1) Proyeksi Azimutal/ Proyeksi Zenital
Proyeksi zenital ini bidang proyeksinya berupa bidang datar. Proyeksi zenital ini sesuai digunakan untuk memetakan daerah kutub, namun akan mengalami penyimpangan yang besar jika digunakan untuk menggambarkan daerah yang berada di sekitar khatulistiwa.
2) Proyeksi Silinder
Proyeksi silinder ini bidang proyeksinya berupa silinder. Proyeksi seperti ini sangat baik untuk memetakan daerah yang berada di daerah khatulistiwa,
RANGKUMAN
1. Peta adalah gambaran atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa yang pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan.
2. Peta dapat diklasifikasikan menjadi beberapa bagian menurut karakteristiknya, antara lain sebagai berikut:
a. Berdasarkan sumber datanya, peta dibagi menjadi peta induk dan peta turunan.
b. Berdasarkan isinya, peta dibagi menjadi peta umum dan peta khusus (tematik). Peta umum dapat dibagi menjadi peta topografi, peta chorografi, dan peta dunia.
c. Berdasar skalanya, peta dibagi menjadi:
1) peta kadaster
2) peta skala sedang
3) peta skala besar
4) peta skala kecil
3. Peta dikatakan lengkap dan baik apabila mempunyai komponen kelengkapan peta, yaitu:
a. judul
b. simbol
c. garis tepi
d. lettering
e. orientasi
f. legenda
g. skala
h. sumber dan tahun pembuatan
i. garis lintang dan bujur
j. warna peta
4. Skala adalah perbandingan jarak di peta dengan jarak sebenarnya di lapangan. Skala dapat dibedakan menjadi:
a. skala verbal/inci,
b. skala angka/pecahan, dan
c. skala garis.
5. Skala peta dapat dikonversi atau diubah dari jenis skala yang satu ke jenis skala lainnya.
6. Untuk menghitung luas wilayah pada peta dapat dilakukan dengan cara:
a. pembuatan kisi-kisi atau kotak-kotak,
b. pembuatan potongan garis,
c. pembuatan segitiga, dan
d. menggunakan alat pengukur luas, yaitu planimeter.
7. Peta dapat diperbesar atau diperkecil dengan beberapa cara, antara lain:
a. dengan sistem bujur sangkar ( grid square),
b. dengan menggunakan alat pantograph, dan
c. dengan menggunakan alat map o-graph.
8. Dalam pembuatan peta harus memerhatikan hal-hal berikut ini:
a. conform,
b. equivalent, dan
c. equidistant.
9. Proses pembuatan peta meliputi 3 tahapan utama sebagai berikut:
a. Tahap pengumpulan.
b. Tahap pemetaan/ penyajian.
c. Penyajian kembali dalam bentuk grafis, kemudian dicetak.
10. Ketampakan bentang budaya pada peta dapat dilihat dari peta lokasi industri dan peta lokasi pertanian.
Dari artikel tentang peta dan pemetaan ini semoga dapat membantu kawan-kawan dalam mengerjakan tugas pelajaran geografinya. Jangan lupa like dan shere ya, supaya teman-teman kalian juga dapat mempunyai banyak pengetahuan. Terima kasih susah mampir di blog kami sekali lagi terima kasih.
0 comments:
Post a Comment